Rabu, 18 Juli 2012

[Media_Nusantara] Sifat-Sifat Jokowi yang Banyak Disukai Orang Indonesia

 

Sifat-Sifat Jokowi yang Banyak Disukai Orang Indonesia

13424988881537314288
Kenapa Jokowi Disukai Banyak Orang Indonesia, Karakter-Karakter Positifnya-lah yang Menjawab (Sumber Photo : Yudiweb.wordpress.com))

Bisa dibilang Tahun 2012 adalah Tahun Jokowi, nanti di akhir tahun 2012 sudah dipastikan wajah Jokowi-lah yang akan mendominasi kenangan pada berita-berita kaleidoskop majalan dan Koran-koran seluruh Indonesia, dan bisa dipastikan Jokowi adalah orang yang paling banyak dibicarakan di Indonesia, selain Anas Urbaningrum dan Nazarudin, berbeda dengan Anas dan Nazar yang notorius (notorius= nama buruk), Jokowi dibicarakan justru kebaikannya, sifat positifnya dan menumbuhkan rasa cinta di hati banyak orang Indonesia.

Tapi apa sih yang membuat jutaan orang jatuh hati pada figur Jokowi. –Saya coba memetakan karakter Jokowi yang disukai dengan pengamatan sederhana. Urutan ini berdasarkan pengamatan saya tentang Jokowi sejak 2006. Karena sejak tahun itulah saya mengamati Jokowi secara serius setelah muncul menjadi figur walikota terbaik se Indonesia pilihan TEMPO dengan gambar ia mengayuh becak. –Sejak itu saya estimasi orang ini memang akan jadi Gubernur DKI dan Presiden RI - . Sebagai tambahan saya berpendapat bila mesin demokrasi berjalan lancar, maka kelak yang akan muncul menjadi Presiden RI bukan lagi berjalur pada Ketua-Ketua Umum Partai, tapi memiliki jalur dari Walikota dan Gubernur, hal ini sama dengan alur jabatan kebanyakan Presiden Amerika Serikat.

Berikut Sifat-sifat atau karakter Jokowi yang disukai jutaan orang Indonesia.

Rendah Hati

Dari seluruh sifat Jokowi yang paling disenangi adalah sikapnya yang rendah hati, ia terlihat tidak pernah bicara sinis, ia selalu membungkuk bila bertemu orang, ia menyalami siapa saja, dan ia 'ngajeni' (bhs jawa = menghormati) siapapun. Banyak kawan saya di Solo berkata pada saya dan memberikan kesaksian bahwa memang karakter dia begitu, siapa saja dia sapa, dan bertanya kabarnya, ini adalah karakter orang Jawa dari sisi rakyat jelata yang guyub dan tidak memandang jabatan, ia lebih memandang jabatan sebagai 'Kerja' bukan status sosial, jadi ia tidak merasa lebih dari orang lain.

Jokowi tidak suka merendahkan orang lain, ia selalu memuji tapi juga tegas, tampaknya Jokowi menggunakan bahasa yang menyenangkan lawan bicaranya, ia tidak merasa dirinya harus dilayani, ia bahkan sering merasa harus melayani orang. Karakter melayani ini mungkin sudah terbentuk sejak masa ia kecil, masa ia tumbuh, ia lahir dalam kondisi miskin dan satu-satunya bertahan hidup adalah dengan melayani orang lain, ia bekerja untuk membiayai sekolahnya, ia bertanggung jawab pada dirinya dan mungkin ia tau betapa susahnya menjadi orang miskin, betapa nggak enaknya 'dadi wong ra nduwe' (jadi orang nggak punya) yang mungkin dihina orang, dianggap sebelah mata, maka ketika hidupnya makmur ia takut untuk menghina orang, lalu ia tidak dendam pada masa lalunya yang miskin, justru menghargai orang miskin, status manusia tidak dilihat dari hartanya, tapi apakah ia berguna bagi orang banyak, apakah kerjanya bermanfaat bagi orang banyak, ia mungkin tau rasanya disakiti oleh sikap sombong, sebab itu ia rendah hati, andap asor, ia memanusiakan manusia, senang bicara secara bersahabat. Di titik ini ia tidak pernah merasa lebih dari orang lain, kelihatan sekali dari cara bicara dan tindakannya.

Tulus

Sikap yang tulus dari seseorang adalah dilihat saja dari caranya bicara, caranya bekerja, biasanya orang yang tulus bekerja tanpa beban dan tidak direpotkan pada hal-hal yang artifisial, orang yang tulus tidak pernah berpikir macam-macam 'kerja ya kerja' ndak usah ada hidden agenda, trik-trik dan segala apapun yang membuat dirinya diuntungkan dan merugikan banyak orang.

Karakter dasar Tulus Jokowi ini dilihat dari cara ia bekerja untuk rakyat banyak, hal paling menonjol adalah ketika ia tidak mengambil gajinya. Disaat pejabat Negara habis-habisa menggarong dana APBN atau APBD lewat proyek-proyek tender yang di mark up, Jokowi tidak mengambil gajinya, ini mungkin kelihatan sepele, tapi coba anda ingat-ingat kembali, bukankah Presiden SBY sendiri pernah mengeluh gajinya tidak dinaikkan. Jokowi tidak pernah meributkan gaji, bahkan ia melupakannya, dari sisi ini untuk pembelajaran publik bahwa ia bekerja dengan tulus. 'Boro-boro memperkaya diri dari mark up proyek dari gaji saja dia tidak mau ambil.

Ketulusan dia bekerja ini kemudian membawa prestasi yang luar biasa bagi Kota Solo, ia dengan cepat mengubah keadaan dan membangun landasan perubahan revolusioner menjadikan kota Solo yang tadinya dianggap kota kecil dan hanya dibawah bayang-bayang kota Semarang dan Yogya, kini sebagai kota modern tapi berkebudayaan, bahkan Solo sekarang lebih dikenal daripada Semarang dan Yogyakarta.

1342499150218950896
Sederhana dalam Tingkah dan Bicara (Sumber photo : Merdeka Online)

Sederhana Dalam Tingkah dan Bicara

Karakter yang paling disukai dari Jokowi bagi jutaan rakyat Indonesia adalah sikapnya yang 'sederhana dalam tingkah dan bicara'. Ia tidak berlebihan, ia tidak sok Nginggris (sok ngomong Inggris separuh-separuh) seperti SBY, tidak memakai baju yang amat mahal, ia pakai pakaian sederhana, sepatunya sederhana, tidak pernah pamer kekayaan. Kita sering miris bahwa ditengah rakyat banyak yang lapar banyak pejabat tak tau malu pamer pesta pernikahan besar-besaran, bagaimana perasaan kita bila melihat ada seorang anak kelaparan, ada seorang anak memikul dagangan bakso, atau anak mencari rejeki dengan mengais-ngais sampah, sementara pemimpinnya menikahkan anaknya dengan Pancuran coklat setinggi 5 meter? Dan anak yang lapar itu melihat dari tontonan di teve hanya makan ikan asin dan tahu?, Bagaimana perasaan kepemimpinan model beginian?

Jokowi paham bahwa dengan bersikap sederhana ia mengajarkan tidak hidup dalam bui rasa gengsi, rasa gengsi-lah yang membuat hidup jadi mahal, hidup apa adanya, tak usah pamer, mobil dinasnya pun mobil Camry lama, ia tak rewel, kemudian ia pakai mobil Esemka, kalau ke Jakarta untuk keperluan dinas ia hanya naik taksi Ekspress tak pakai mobil mewah. Disini ia memang melakukan pencitraan, karena dengan kekayaannya ia bisa saja membeli mobil sedan teranyar berharga diatas 1 milyar, tapi untuk apa beli kalau kemudian di dalam mobil ia melihat bangsanya masih banyak yang lapar dan susah, dalam kesederhanan ia bersatu dalam lumpur kesengsaraan masyarakat banyak.

Tidak Pendendam

Karakter yang disukai Jokowi banyak orang adalah 'Tidak Pendendam'. Ia tidak pernah membalas ucapan-ucapan yang merendahkan dirinya bahkan ia merasa setiap ucapan yang merendahkan adalah berkah Tuhan yang 'harus' ia terima saja. Mungkin publik masih banyak ingat tentang ucapan Gubernur Jawa Tengah saat ribut-ribut eks Gudang Es Sari Petodjo di Kota Solo yang mau dibangunken mall tapi Jokowi menolak, lalu Jokowi dibilang "Walikota Goblok" oleh Gubernur Semarang, Jokowi tidak membalas dengan ucapan pedas tapi dengan ucapan yang santai namun tak dimasukkan ke hati "Lha, memang saya orang Goblok" kata Jokowi sambil ketawa-ketawa. Dan Jokowi jalan terus dengan keyakinannya, ia tidak mendendam tapi sekaligus tak plin plan.

Karakter ini tak banyak dipunyai pejabat sekarang yang arogan, banyak dari pejabat publik atau wakil rakyat yang ditonton banyak orang seperti di Indonesian Lawyer Club asuhan Karni Ilyas di TV One, memamerkan arogansinya, disenggol sedikit marah, kelihatan maen bener sendiri, pinter bicara tapi tanpa tindakan dan selalu menyimpan dendam sampai dendam itu dibawa main hantam pukul-pukulan ditonton rakyat banyak.

Sekarang saat menjelang Putaran II, Jokowi dijelek-jelekkan terus asal usulnya difitnah ini itu, tuduhan yang nggak ada hubungannya dengan prestasi kerja, dan sebagainya terus dihembus-hembuskan untuk menyampaikan kebencian kepada kelompok yang belum menerima informasi siapa Jokowi. Tapi Jokowi tidak dendam tidak membalas dengan cara jahat tapi ia membalasnya dengan sikap diam saja, ia sabar dalam menerima cobaan, mungkin ia paham prinsip keberhasilan hidup seseorang : 'Ketika seseorang diuji kesabarannya maka ia sedang diangkat derajatnya oleh Tuhan, orang yang direndahkan adalah orang yang ketika diuji kesabarannya tapi malah menyimpan dendam" dan Jokowi tak pernah menyimpan dendam, kejadian yang sudah ya sudah, cukup jadi pelajaran tapi tak boleh membalas dengan kejahatan baru, balas dengan kebaikan. Buktinya setelah dikata-katain Goblok oleh boss-nya di Semarang, ia malah ke DKI dan menjadi walikota paling terkenal sepanjang sejarah Republik Indonesia. Tuhan sudah mengangkat derajatnya.

Pekerja Keras

1342499250202697106
Jokowi adalah Pekerja Keras, Ia tidak Mau Muluk-Muluk, yang Penting Lakukan semua Soal dan Riil. Setiap Langkah Sederhana akan Menghasilkan Sesuatu (Sumber Photo : Official Website Jokowi)

Karakter yang paling menonjol dari Jokowi adalah pekerja keras, ia cepat mematerialkan sesuatu dari nggak ada jadi ada dengan kerja kerasnya, cara kerja Jokowi amat mirip dengan Obama dalam soal pemecahan masalah, 'Selesaikan mulai dari inti persoalannya' – Jokowi amat efektif soal waktu, ia sedari kecil harus menyelesaikan persoalan dengan cepat, karena setiap persoalan yang ditunda-tunda akan menghabiskan biaya dan energi, sementara ia tau dirinya orang miskin, jadi harus irit, demikian juga soal kerja.

Dalam bekerja Jokowi tampaknya menganut ilmu menanam Padi. "Barangsiapa menanam padi, pasti ada rumput yang mengikuti, tapi barang siapa menanam rumput tak mungkin ada padi yang mengikuti". Artinya : Orang yang menanam kebaikan, pasti ada keburukan-keburukan baik sengaja atau tak sengaja, tapi orang yang menanamkan keburukan sudah pasti tak ada hal baik yang mengikuti". Baginya kerja adalah menanam perbuatan, dan perbuatan pasti ada imbal hasilnya dari apa yang kita lakukan.

Kerja Jokowi dilandasi nilai-nilai baik, ia jujur dan dipercaya, ia juga bekerja keras, bila ia tak jujur mana ada orang Jerman percaya untuk ekspor meubel, di kalangan eksportir paling mengerti kalo orang Jerman itu amat keras soal kepercayaan.
Jokowi mau terjun langsung ke wilayah-wilayah, ia ngider tanpa capek, ia tenggelam dalam kerjanya rakyat, ingin tau rakyat kerjanya apa. Dari sini ia mempelajari bagaimana karakter orang dalam melihat masyarakatnya, lalu dengan kerja kerasnya ia bentuk sistem terpadu dimana akses-akses kesejahteraan bisa dibentuk.

Jokowi tidak sekedar bekerja keras saja, tapi ia kerja cerdas. Pembagian kartu kesehatan adalah contoh bagaimana ia secara sederhana menerapkan kerja cerdas. Ia memotong jalur birokrasi, bila dulu anggaran diendapkan sampai ada klaim asuransi Pemerintah dan jalur birokrasi yang panjang sehingga berpotensi disalahgunakan, maka dengan membuat kartu kesehatan ia menyelenggarakan asuransi publik dimana kaum miskin tidak usah mengeluarkan surat miskin tapi sudah memiliki jaminan kesehatan langsung tanpa birokrasi yang berbelit-belit.

Ia bekerja cepat, tanggap dan efisien, persoalan KTP yang berjangka waktu 2 minggu ia efektifkan jadi dua jam, gratis berarti disini Jokowi tidak melakukan intervensi pemerintah atas jam kerja masyarakat.

Jokowi bekerja keras soal efisiensi angkutan-angkutan pasar, efisiensi ketersediaan barang dan memastikan jangan ada hambatan komoditas masuk ke pasar-pasar, efektifitas ini menghasilkan tingkat inflasi yang rendah, bahkan rendahnya tingkat inflasi ini mendapatkan penghargaan dari Hatta Rajasa, dan mendapatkan pengakuan resmi dari SBY.
Prinsip kerja Jokowi yang membuat dia berhasil seperti ini adalah : -Kerjalah dari hal sederhana dulu, selesaikan persoalan-persoalan sederhana, tidak usah berpikir muluk-muluk yang penting kerja dan hasilkan yang riil-. Jokowi benar sekali karena ada adagium dalam soal kerja : "Sesuatu yang rumit biasanya dimulai dari persoalan-persoalan yang amat sederhana". Jadi bila menunda-nunda pekerjaan yang sederhana sampai terbengkalai maka persoalan rumit akan timbul. Jokowi tak suka itu, ia juga tak terlalu mengawang-awang, apa persoalan depan mata selesaikan dengan cepat, soal lain muncul nanti dipikirkan.

1342499394169005392
Ngglenik, karakter Komunikasi Jokowi (Sumber Photo : Kaskus for Jokowi)

Komunikatif

Jokowi rupanya sangat memahami ilmu komunikasi, dari sisi ini ketrampilannya yang terbesar adalah cara berdialog dan bernegosiasi. Kalau dilihat dari cara bahasanya, ia memang amat khas Solo, cara bicaranya 'Ngglenik' atau akrab tanpa batas kepada lawan bicaranya, ini cara khas rakyat jelata bila sedang kongkow. Jokowi tidak mengasingkan dirinya seperti seorang bangsawan yang sakral ketika bicara dengan masyarakat yang dipimpinnya, ia masuk ke dalam alam pemikiran lawan bicaranya dengan tenggelam dalam alam bawah sadar mereka.

'Jika berbicara dengan orang lain, gunakanlah bahasa orang itu dalam memahami alam pikir mereka' itu kata Bung Karno saat memberikan wejangan kepada wartawan tentang bagaimana berkomunikasi yang baik "Bila kamu bicara dengan tukang becak, pahami alam pikir tukang becak, pahami bagaimana ia berbicara soal kesehariannya, cara mereka berbahasa, ukuran-ukuran intelektual mereka, bila kamu sudah masuk ke dalam gelombang yang sama dengan cara mereka bicara dari situlah kamu bisa berkomunikasi"

Prinsip Bung Karno ini digunakan Jokowi dalam memahami cara berkomunikasi dengan rakyatnya, ucapannya yang ia lontarkan jelas, padat dan tak perlu dicerna rumit-rumit.
Bila Donald Trump mengajarkan cara bernegosiasi 'Win Win Solution' maka ini diterapkan dengan amat sangat oleh Jokowi, metode 'Win Win Solution + rasa kemanusiaan'. Di dalam negosiasi dengan pekerjaannya Jokowi di satu sisi bisa bersikap tegas, tapi juga bersikap amat sabar. –Sebagai misal saat ia berhadapang dengan Camat dan Lurah yang masih bandel soal KTP. Ia dengan tegas mencopot pejabat yang gagal dalam melaksanakan efektifitas pelaksanaan KTP. Tapi disisi lain ia bisa amat sabar bernegosiasi dengan pihak masyarakat. Jokowi duduk satu meja dengan para pedagang klitikan, ia tak bicara apa-apa soal pasar, ia hanya bicara sebagai teman. Berbeda saat Jokowi berhadapan dengan aparat yang bandel, ia sudah tau posisi "Siapa yang berkuasa dan apa maunya orang ini" tapi ketika berbicara dengan rakyat ia tidak bertanya "Siapa yang berkuasa" karena ia paham yang berkuasa jelas rakyat dan ia pelaksana, maka ia bertindak sebagai seorang bawahan yang sedang memahami apa maunya atasan. Ia undang makan para boss-nya itu untuk makan bersama, sampai puluhan kali, di undangan ke 54 barulah Jokowi mengutarakan maksudnya, itupun masih ada penentangan tapi tak keras, karena selama 53 pertemuan sebelumnya, Jokowi sudah menangkap bagaimana karakter masyarakat-nya dalam melihat persoalan pemindahan pasar. Disini Jokowi menerapkan komunikasi empati plus integratif, artinya : ia masuk ke dalam penghormatan dan tenggelam dari apa maunya rakyat. Seperti katanya "Rakyat adalah gudangnya gagasan. Pemimpin jangan sok pinter. Kita cuma eksekutor,"

Taktis

Satu sikap yang disukai oleh masyarakat kepada Jokowi adalah kemampuannya dalam berpikir taktis, di satu sisi ia bisa berpikir sosialis yaitu : melakukan tindakan-tindakan kolektif dimana kekayaan negara bisa diarahkan untuk kesejahteraan rakyat banyak. Di satu sisi Jokowi sangat taktis dalam berbisnis, ia amat berotak bisnis, dan otaknya untuk ini amat moncer.

Ketika Faisal Basri harus menjual rumahnya untuk biaya kampanye, maka Jokowi mengajarkan berpikir 'Keluar Kotak' untuk apa kita harus menjual asset, nilai lebih kita harus jadi aktiva aktif. Disini Jokowi menunjukkan dirinya bukan orang yang pandai berteori, tapi orang yang langsung aplikatif, ia beli baju yang bisa merumuskan dirinya pada posisi ingatan masyarakat, lalu baju ini dijual, ia tingkatkan partisipatif publik, ia tak perlu keluar banyak untuk kampanye karena cluster-cluster kampanye dengan sendirinya bergerak, ia ajarkan masyarakat sebagai produsen politik, bukan konsumen politik.

Jokowi juga orang yang amat pandai melihat masalah dan anatominya serta dengan cepat menyusun posisi. Seperti banyak orang meremehkan bahwa kota Solo homogen, kota Solo kecil dan sebagainya. Jokowi hanya menjawab santai : "Solo kan masih Indonesia, Jakarta juga masih Indonesia juga kan?" Jawaban Jokowi yang terkesan simpel justru memperlihatkan sikap taktisnya dalam menghadapi masalah, ia paham Solo kota kecil tapi orang banyak tak tau Solo adalah kota paling plural dalam soal ideologis, tempat dimana kejadian-kejadian besar politik di Indonesia bermula, tempat paling parah bila terjadi pergolakan politik, ini bisa saksikan dan periksa dalam sejarah kota Solo, artinya : Di Solo tempat orang-orang yang memiliki karakteristik amat Jakarta, bahkan mungkin lebih ideologis ketimbang orang Jakarta yang pragmatis.

Seperti ungkapan Soros : "Siapa yang bisa menaklukkan New York maka ia bisa menaklukkan dunia". Ini sama saja dengan ungkapan : "Siapa bisa menaklukkan Solo maka ia bisa menaklukkan Indonesia". Perlu diingat dalam sejarah bahwa kota Solo adalah pusat pergolakan politik, sejak peristiwa Swapradja yang digerakkan Tan Malaka tahun 1946, Peristiwa masuknya tentara Siliwangi ke Solo sehingga menimbulkan pertempuran di Srambatan dan berujung pada peristiwa Madiun 1948, peristiwa Gestapu 65 sehingga terjadi pembantaian besar-besaran ketika pasukan RPKAD masuk ke kota Solo, persoalan rasial tahun 1981, pembakaran besar-besaran seluruh kota tahun jaman reformasi 1998, Solo adalah kota yang paling pendek sumbunya untuk meledak dibandingkan kota-kota lain.

Tapi oleh Jokowi dengan langkah yang cerdas, taktis dan strategis ia menempatkan Solo menjadi kota yang harmoni, nyaman, aman, dan saling menghargai, apapun bentuk potensi kerusuhan di Kota Solo bisa diatasi dengan cepat, karena kemampuan taktis Jokowi dalam menempatkan dirinya di tengan masyarakat.

1342499623448671183
Jokowi amat Aplikatif dalam Mengerjakan Tugasnya, Ia juga pribadi yang menghargai Kebhinnekaan dalam Masyarakat (Sumber Photo : Official website Jokowi)

Berbhinneka

Karakter Berbhinneka Jokowi amat disukai jutaan orang Indonesia, Jokowi mengajarkan dalam ruang publik dan tata pemerintahan yang rasional tidak baik mengedepankan sentimen identitas seperti agama, suku dan status sosial tapi kedepankanlah prestasi, kedepankanlah nilai-nilai kejujuran dan etika, serta membawa rasionalitas ke dalam tataran perjuangan politik sehingga rakyat diajari dalam memilih ukuran-ukuran rasional-lah yang dikedepankan bukan ukuran-ukuran kuasa Tuhan seperti Agama, Suku dan Status Sosial.

Inilah kelebihan-kelebihan karakter Jokowi yang banyak disukai orang Indonesia, bila ada yang mau menambahkan silahkan………

-Anton DH Nugrahanto-.

http://politik.kompasiana.com/2012/07/17/sifat-sifat-jokowi-yang-banyak-disukai-orang-indonesia/

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar